Alkisah, di sebuah perguruan, tampak seorang murid muda berlutut di hadapan sang guru untuk melakukan uji terakhir sebelum turun gunung.
Senja itu, sebelum mentari terbenam di ufuk barat, ia baru saja menyelesaikan berbagai macam pembelajaran di perguruan tersebut. Baik berupa pelajaran kehidupan, latihan keras, disiplin tinggi yang telah dijalani, serta berbagai macam ilmu bela diri dari tingkat dasar hingga puncak, akhirnya mampu diselesaikan dengan baik.
Kali itu, ia sudah bersiap-siap menerima pelajaran pamungkas yang akan membuatnya lulus dan diperbolehkan turun gunung. “Muridku, sebelum diizinkan untuk turun gunung, kamu harus lulus satu ujian lagi,” kata sang guru besar.
“Sebagai ujian terakhir, kamu tak lagi harus menunjukkan kemahiranmu menguasai jurus dari perguruan kita. Tapi, kamu hanya perlu menjawab pertanyaanku. Bagi kamu, apa arti tanda kelulusan yang akan aku berikan ini?” Sejenak berpikir, si murid pun menjawab dengan jemawa.
“Bagi saya, tanda kelulusan adalah akhir dari semua pelajaran yang telah saya peroleh dari perguruan ini. Dan, itu artinya saya telah berada di puncak kemampuan saya.” Sang guru terdiam, seakan menunggu kata-kata lain dari muridnya itu. Jelas sekali dia tidak puas dengan jawaban yang diberikan muridnya.
Akhirnya, sambil menghela napas, sang guru berkata, “Kamu belum siap menerima tanda kelulusan dari perguruan ini. Berlatihlah kembali dan pikirkan baik-baik. Kembalilah kemari satu bulan lagi.” Sebulan kemudian, si murid datang kembali menghadap sang Guru.
“Muridku, setelah berpikir dan berlatih selama ini, apa arti sesungguhnya dari tanda kelulusan yang diberikan kepada kamu?” tanya sang guru. Menyadari bahwa dulu ia tak diberi kelulusan karena terbersit nada kesombongan, kali ini ia pun lebih merendahkan diri. “Artinya adalah simbol kehormatan dan pencapaian tertinggi dalam seni bela diri di perguruan ini,” jawab si murid.
Sambil menggeleng lemah, sang guru berkata, “Sayang sekali, kamu belum siap turun gunung dan menerima tanda kelulusan. Kembalilah satu bulan lagi.” Satu bulan berlalu. Si murid pun terus berpikir keras, apa yang membuat Sang Guru belum meluluskan dirinya dalam dua kali ujian terakhirnya.
Hingga, setelah kembali lagi, guru besar berkata, “Kami tidak bisa melepas kepergianmu sebelum kamu memiliki pengertian benar, dengan menjawab pertanyaan terakhir. Kini, aku akan kembali menanyakan hal yang sama, apa arti sesungguhnya tanda kelulusan ini?”
“Setelah merenung dengan sungguh-sungguh, saya menyadari bahwa tanda kelulusan bukanlah akhir perjalanan tetapi justru awal dari dimulainya perjalanan tanpa akhir dari disiplin, kerja keras untuk mengamalkan prinsip-prinsip yang telah diajarkan di perguruan selama ini,” jawab si murid dengan mantap dan sikap yang lebih dewasa.
“Dengan lulus dari perguruan ini, saya juga tak boleh berhenti belajar, dengan selalu tetap rendah hati untuk mempraktikkan ilmu yang saya peroleh untuk kebaikan sesama.” Dengan wajah gembira, sambil mengangguk-anggukkan kepala, sang guru besar berkata, “Sekarang kamu sudah siap menerima tanda kelulusan ini dan memulai kerja kerasmu di luar perguruan ini. Semoga kamu berhasil!”
The Cup of Wisdom
Saat kita menerima sebuah tanda kelulusan, gelar atau predikat di bidang apa pun, sesungguhnya itu awal sebuah perjalanan panjang untuk membuktikan bahwa kita memang layak menerimanya dengan segala konsekuensi dan tanggung jawab yang menyertai di dalamnya.
Ibarat memulai kembali perjalanan dengan sebuah bekal baru, bekal tersebut bukan untuk membuat kita berhenti dan menyombongkan diri, namun justru dengan bekal tersebut kita dituntut untuk bisa berkarya lebih baik dan lebih banyak lagi. Hidup terlalu sederhana jika dibatasi oleh sebuah pencapaian apakah itu gelar, pangkat, kedudukan, atau sekadar predikat atas sebuah prestasi.
Sebab, sejatinya manusia tak boleh berhenti belajar. Sehingga, dengan semangat itulah, kita akan menjadi manusia yang utuh dan lengkap, agar tetap mampu menghadirkan banyak manfaat. Mari tetap bersemangat. Bukan sekadar pembuktian diri karena sebuah tanda lulus atau gelar semata, tetapi lebih dari itu, untuk meningkatkan kualitas kita. Karena sejatinya hidup adalah aktualisasi diri. Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas.
Terus bekerja, terus berkarya! Mari melangkah untuk hidup yang lebih berguna, bagi diri sendiri, bagi orang lain, dan bagi sekitar kita. Salam sukses luar biasa!
Adrie Wongso
Sumber artikel : http://ekbis.sindonews.com/read/970745/150/nilai-kelulusan-1425267844
Posting Komentar